Senin, 15 September 2008

belajar iklas dar anak kecil

Sudah dua hari ini Caca bersekolah kembali setelah tiga hari libur menyambut ramadhan. Sudah dua hari ini pula Caca menangis di sekolah karena saya dan ayahnya tidak amanah atau memenuhi janji padanya. Astagfirullah.. ampuni saya ya Allah, pinta saya.

Seperti hari-hari biasanya sebelum ramadhan, jadwal saya dan suami menjemput Caca selalu lebih cepat lima belas menit. Namun kemarin dan hari ini, saya dan suami tidak bisa menunaikan janji kami untuk menjemputnya lebih awal karena kebetulan jam sekolah caca lebih pendek dari biasanya. Saya dan suami sudah mengetahui perubahan jam sekolah ini sebelumnya dari edaran yang diberikan oleh ustadzah walinya. Tapi selalu ada hal-hal yang tidak kita ketahui dan tidak mungkin kita hindari jika harus terjadi.

Kemarin, saya sudah bersiap akan menjemputnya tepat jam sebelas tapi kemudian datang seorang bapak yang meminta tolong agar komputernya di perbaiki yang tentu saja tidak akan mungkin ditolak oleh suami. Saya berkata dalam hati, nggak apa-apalah telat sedikit menjemput Caca, insyaAllah dia sabar menunggu dan nggak akan ke mana-mana.

Lima belas menit berlalu barulah kemudian saya dan suami berangkat menjemputnya. Perjalanan ke sekolah Caca kurang lebih lima belas menit hingga total waktu telatnya adalah tiga puluh menit.

Sampai di sekolah, sekali lagi saya istigfar dalam dalam hati. Di sekolah sudah tidak ada anak-anak yang lain hanya tinggal Caca seorang diri dan beberapa ibu-ibu sedang menunggu anaknya yang mungkin kelas tiga ke atas. Caca menuruni tangga sekolah dengan mata berair. Jujur saya ingin ikut menangis karena saya mengerti perasaannya yang kecewa.

"Semuanya sudah pulang, ustadzah juga." Caca mengeluarkan kalimatnya sambil tersedu.
"Iya Nak, maafin Bunda ya." Saya mencoba membesarkan hati dan membuang rasa kecewanya.
"Tadi ayah masih ada tamu, jadi nggak bisa jemput lebih awal, " kata saya lagi.
Caca masih tersedu.
"Sudah Nak.. jangan nangis lagi ya, pahala puasanya ntar berkurang lho, " kata ayah.

"Kita jalan-jalan dulu ya, ke pom bensin terus mampir ke tempat kayla. Form bank ayah ketinggalan di sana, " kata ayah lagi.
"Iya Ca, sambil nunggu bedug Dzuhur ya, " saya berkata sambil tersenyum. Bedug Dzuhur waktunya caca berbuka puasa.
Caca mengangguk, dia melihat ke arah saya yang duduk tepat di boncengan belakang motor. Raut tangisnya berganti dengan senyum ikhlas.

Hari ini kembali hal yang sama terjadi, saya dan suami telat lagi menjemputnya. Kali ini bukan dikarenakan ada tamu tapi saya tidak tahu kalau caca pulangnya lebih cepat lagi karena hari jumat. Ustadzahnya mengirimkan sms pada saya dan mengatakan kalau caca menangis lagi. Sungguh, saya kembali merasa sedih karena dua hari ini saya telah membuat hati caca kecewa karena saya tidak bisa menunaikan amanah saya padanya. Saya begitu mengenal caca, dia hanya akan menangis apabila merasa benar-benar kecewa dan sendirian.

Sekali lagi saya hanya bisa minta maaf setibanya di rumah.
"Caca jangan sedih lagi ya, besokkan mau ulang tahun, " saya menghiburnya.

Caca tersenyum dengan mata yang masih memerah dan berair.

Duhai buah hatiku sayang.. hari ini Bunda belajar banyak darimu, belajar dari kekecewaanmu, belajar dari keikhlasanmu juga belajar menghargai, belajar tulus, belajar untuk lebih amanah
Anakku sayang... mungkin cinta bunda sudah membuatmu sedih serta selalu berucap seribu alasan karenanya maafkan Bunda ya Sayang..

Ya Allah, terima kasih karena sudah menghadirkan buah hati yang punya cinta dan ikhlas yang besar pada kami, ucap saya dalam hati, terharu.

Tidak ada komentar: